Category Archives: 22. Menjawab dua argumen syi’ah

MENJAWAB DUA ARGUMEN SYI’AH

Dua argumen orang-orang syi’ah yang sudah usang, tapi sering mereka kemukakan sebagai bantahan kepada orang yang mengatakan kalau syi’ah bukanlah kelompok sesat apalagi kafir.

Pertama : Orang syi’ah menyebutkan bahwa Arab Saudi masih menganggap Syiah memiliki aqidah yang benar. Buktinya, negara tersebut masih mengizinkan orang syi’ah berhaji. Menurutnya, kalau syi’ah berbeda aqidah, tentu Arab Saudi tidak akan mengijinkan orang-orang syi’ah berhaji.

Kedua : Mereka mengatakan bahwa para ulama hadits Sunni terbukti banyak mengambil perawi dari Syiah. Mereka menyebutkan sekitar 100 perawi Syiah yang dipakai dalam kitab-kitab hadits Sunni.

Dengan kedua alasan itulah orang-orang syi’ah kemudian menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada perbeda’an antara Syi’ah dan Sunni dalam masalah aqidah.

Dua argumen tersebut sebetulnya sudah dijawab oleh para ulama dan cendekiawan Sunni.

• JAWABAN ARGUMEN MEREKA

Argumen pertama : berkaitan dengan kaum Syiah yang diijinkan berhaji.

Mereka masuk Arab Saudi karena paspornya menggunakan identitas Muslim. Arab Saudi tentu saja tidak akan mencegah orang yang mengaku Muslim masuk ke kota Makkah dan Madinah. Lain halnya jika mereka menggunakan identitas agamanya dengan nama Syiah atau Imamiyah, tentu ada penolakan dari pihak petugas di bandara.

Padahal dalam kitab-kitab Syiah, ulama mereka menyebut agamanya dengan nama agama Imamiyah. Sebagai contoh, Baqir al-Majlisi yang dikenal sebagai Syaik as-Syuduq (w. 381 H) menyebut agamanya (Syiah) dengan sebutan agama Imamiyah. Ia mengarang buku khusus berjudul Al-I’tiqodat Din al-Imamiyah. Dalam kitab ini Syaikh As-Syuduq menjelaskan secara tuntas tentang aqidah Syi’ah yang berbeda dengan aqidah Ahlu Sunna wal Jama’ah.

Kalau mau jujur, seharusnya kaum Syiah yang datang ke Makkah mencantumkan nama Imamiyah dalam paspornya ketika masuk Saudi, bukan Islam. Namun, jika mereka tidak melakukan hal itu, ini bisa dimaklumi, karena mereka memiliki ajaran Taqiyah.

Argumen kedua : berkaitan dengan perawi Syiah yang ada di kitab-kitab Sunni.

Masalah inipun sudah dijelaskan oleh para ulama, bahwa hal itu dilakukan oleh para muhaditsin dalam rangka memperkuat posisi hadits tersebut.

Para ulama hadits memang sengaja tidak mengambil dari perawi Sunni seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, atau bahkan Imam Ja’far as-Shadiq karena memiliki pemahaman yang sama dengan para ulama hadits seperti Bukhari dan Muslim. Hadits-hadits yang dikeluarkan oleh para Imam tersebut sependapat dengan hadits para muhaditsin.

Periwayatan dari para imam tersebut hanya sedikit yang diambil oleh para muhaditsin.

Contohnya : Imam Bukhari yang tidak lain adalah murid Imam Ahmad, hanya sedikit mengambil periwayatan dari gurunya tersebut. Hal yang sama juga mereka berlakukan terhadap para imam lainnya.

Tetapi jika mereka mengambil periwayatan dari orang yang tidak sepaham, tentu hal ini akan menjadi bukti kuat bahwa hadits yang dikeluarkan adalah benar dan sahih.

Inilah rahasia kenapa para imam hadits Sunni mencari periwayatan dari orang-orang yang dianggap Syi’ah, Khawarij, Nasibi dan sebagainya.

Namun penerima’an tersebut dengan syarat-syarat tertentu, yaitu riwayat yang dikemukakan tidak dalam rangka mendukung golongan mereka dan tidak menyeru orang lain masuk kelompoknya. (As-Sakhowi, Fatkhul Mughis, juz I, hal. 332).

Jika hal itu terjadi, para muhaditsin tidak akan menerima hadis-hadis yang diriwayatkan oleh ahli bid’ah seperti itu.

Inilah salah satu kejelian para ulama Islam. Mereka sengaja menggunakan metode seperti itu agar hadits yang diriwayatkan tidak dicela di kemudian hari. Bisa jadi orang-orang di luar Sunni akan menolak hadits-hadits Sunni jika hanya diriwayatkan oleh ulama Sunni sendiri.

Di sunting dari :
http://m.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2012/09/05/4054/menjawab-dua-argumen-klasik-syiah.html#.VFDW3IQ-apU

______________________